The day….Lebih cepat…

I was good in words but not in action. I am shy but eager to find and try something new. Jadi begitu memutuskan: yea i will have it before 50, gw berani (tapi takut) buat memulai. So yea, ketika bocah menghampiri, kenapa tidak.

My last relationship that almost ended with HS. I was, and still, stubborn. If you have another one, I leave dan itu yang gw lakukan. I left. Closed all the his contacts and blocked him in all medsocs. I do not care.

Mungkin the baby adalah pelarian, mungkin the baby adalah oebgisi kesepian. Ga tau juga. Yang jelas dia ingin datang lebih cepat. Tidak mau nanti, tidak mau November. Kewalahan.

So yea….. I am now waiting for him to come. Lebih awal

yap… The Night

Yap… he’s here. Telepon berdering jam 3 sore.

“Aku didepan”

“kamu dimana?”

aduh…. dia didepan dan ada disini. Jantung berdegup makin kencang. Jalan keluar dan menjemput. Mukanya tampak sebal dan lelah. Sambil melirik, dia mengikuti ke kamar. Ko deg-degan. Jujur. Ini pertama kali berdekatan dengan pria. Selama ini, tidak pernah ada yang berdekatan, intimate. Cenderung sebagai teman atau sebagai lawan: Female vs male, atasan vs bawahan atau partner kerja. Ga ada yang intim apalagi orang yang baru dua minggu dikenal.

Ko membuka pintu. yang pertama kali dia lakukan adalah berusaha memeluk dan ko menolak, hampir menjerit. Dia kesal. Ko bilang akan pulang dulu beresin rumah dan malam akan kembali. Ada kekecewaan. Dia duduk di kursi dan menengadah. Mengeluh. Ko keluar.

Seandainya dia tahu bahwa ada desakan untuk memeluknya namun ada keraguan dan ketidakberanian.

Pulang dan membereskan rumah. Kami hanya ada waktu 3 malam, ada kemungkinan lanjut dan itu harus di rumah. Terus-terusan di hotel akan makan biaya.

Ekspektasi Ko tidak banyak. Hanya ingin memulai dan merasakan hal yang mungkin tidak akan pernah dirasakan lagi. Tidak banyak. Tidak tinggi.

Malamnya kembali. Masuk kamar dan melepas kacamata, masker, tas dan sebuah pelukan dari belakang mendarat. Mendorong Ko ke kasur dan mulai membuka baju. Menciumi seluruh bagian, leher, dada, perut dan terus ke bawah. Ko tertawa. Geli. Perut adalah kelemahan.

My first kisss

“belum mandi. Gerah. Mandi dulu ya”

Dia menghela nafas. Melepaskan ko dan duduk depan tv. wajahnya ga puas. Ko mandi sambil berfikir what should i do next.

Keluar dari kamar mandi, memeluk dari belakang dan kembali dibawa ke kasur.

“matiin lampu ya”

“malu?” melepaskan pelukan dan berdiri untuk mematikan lampu. I can see the glimpse of his body. He hugged me. Emotion, lush, run fast. We kissed and he started to insert his to mine. Hurt. Try again. still hurt but i am sensitive to pain. He tried again and i moan.

Try several attempts and gave up. “too small… dan ga fokus. kamu kesakitan” Dia berdiri dan pergi ke toilet, membersihkan diri. Ko masih dalam posisi yang sama. merasakan semua rasa. Dia kembali dan tidur disebelah Ko. Ko gantian membersihkan diri.

“sorry, you are my first”
” iya kah?”
“kok ga percaya sih. Mo percaya, bagus. ga juga ga papa” ko tertawa.
dia mengambil selimut dan menutupi tubuhnya. Ko yang sudah berpakaian, masuk ke dalam selimut. memeluk.

Ga berhasil.

Ngobrol sebentar sambil memeluk dan menciumnya. Sebelum melepaskan diri dan tidur. Capek sekali hari ini.

It is getting serious. Kenapa jadi serius?

Bocah ini semakin menjadi. No longer fun and game. Sudah mulai menantang untuk datang dan menjadi serius. Curiga sih kalau dimanfaatkan buat kepentingannya. Logikanya, siapa sih lelaki yang bersedia berhubungan dengan wanita (hampir) setengah abad tanpa ada embel-embel apapun? mencurigakan.

Tapi….. wanita setengah abad pun butuh kasih sayang. So, kenapa enggak. Meski rasanya salah sasaran. Tapi yaaaa….. kehilangan mainan, jadi semuanya diembat.

So pembicaraan sudah tidak lagi mengarah pada bercanda atau tarik ulur tentang hubungan tapi mulai mengarah datang mendatangi keluarga. Gw kira dia memainkan kartu jomblo sebagai penyelamat.

“ya, gw berani ke rumah kamu, bertemu keluarga kamu”

“Kalau kamu ga keberatan dengan aku yang jobless dan ga punya pendapatan tetap, aku berani kok”

Gw tertawa. Spending the rest of my life with a younger man? jobless and ex penikmat cana*is? bicara tidak jelas dan tidak mau berfikir panjang dan kompleks? sepertinya tidak menjanjikan. Hanya ingin menikmati hidup dan cukup senang dengan situasi sekarang. Terlebih jika harus investasi. Bisnis dan Birahi harus terpisah.

Lelaki itu hanya tertawa dan menjanjikan tidak ada perbedaan. Janji kosong. karena gw tahu, bisnis bisa merusak persekutuan dan akan sulit terlepas atau menjadi akhir yang buruk.

So far, si pemuda masih menghargai dengan mau kompromi jika gw bilang tidak. Sayangnya bisnis merusak mood. So yeah…. balik ke nol. Masih mencari yang pas untuk sekali seumur hidup. Setelah itu biarkan gw tenang tanpa terikat.