Aku, kamu, dan kakakku

“gimana kabar hari ini?”
“agak baikan. Abis nangis semalaman. Capek gw. Mana kucing yang satu lagi hilang lagi”

Kucing kakak meninggal kemarin malam. Setelah berjuang dengan nafas tersenggal-senggal, akhirnya meninggal dan dimakamkan malam itu juga. Sambil menangis kakak kirim text ke gw menangis karena kucing kesayangannya mati

“Gw sendirian. Kalo ibu bapak gw nanti wafat, cuma kucing-kucing gw yang jadi tempat gw berkeluh kesah, menemani gw. Sekarang dia mati. Gw sendirian”

Semalam itu beritanya, sedih mendengar dia terisak-isak. Dia bukan kakak kandung gw, dia senior waktu gw kuliah. Sebagai sesama veteran gw bisa memahami kesendirian dan keinginan buat ada tempat cerita.

“kucing persia dari si ucil juga hilang. Dia ga pulang-pulang daari kemarin. Gw patah hati banget”
“kucing dari ucil?”

Ucil adalah nickname kami buat seorang pria yang selama ini menjadi salah satu penghubung kami. Selama beberapa bulan ini kami menjalin hubungan. Dia adalah pelarian gw, awalnya dan dia yang menjadi orang pertama untuk semuanya akibat kenekatan gw.

“dia kasih kucing ke elu kak?”
“iya”
“hmm”

memberikan mahluk hidup ke lawan jenis adalah satu pertanda untuk satu hubungan yang serius. Dari dulu gw berfikir memang ada sesuatu yang berbeda diantara mereka berdua.

“Mami papi gw nyuruh gw nikah. Tau ga lo sama siapa?”
“Siapa?”
“Ucil! wkwkwkwk. Mereka ga mau sama yang lain. Maunya sama Ucil. Emang sih mereka dekat. Si Ucil apa-apa cerita ke mami. Dia nikah, dia cerai, dia berantem, dia lagi dekat. Malah dia bilang sama mami kalo dia sayang gw…. WKwkwkwk….. Gila ga tuh…”

Ada yang tercekat

“menurut kamu gimana? kok dia ga pernah bilang sayang sih ke aku? tapi emang sih dia manja banget. Mengesalkan, sering ancam, ya udah aku mati saja..”

Tertawa. Tipuan lama

“mungkin dia menjaga perasaan kakak, makanya ga pernah bicara langsung. Takutnya kakak marah atau tersinggung, mengingat kakak masih punya trauma masa lalu”

“bisa jadi…”

Pembicaraan terhenti.

Membalikan badan. Menatap wajahnya yang tertidur dalam damai setelah lelah melepas rindu. Dia tidak suka mendengar dengkurku. Tapi sepertinya lelah setelah dua bulan tidak bertemu dan 2 hari perjalanan, ditambah hasrat yang tidak terbendung tadi.

Aku bangkit, mengambil pakaian yang tergeletak di lantai. Besok. Hari ini menikmati keletihan dan rasa yang menyenangkan buat sementara. Besok.

Dia masih tertidur, nafasnya yang halus menderu. Tidak ingin mengganggu, aku keluar dari kamar dan duduk di sofa ruang tamu. Pria yang mengejar dan mencariku berbulan-bulan, menyimpan cintanya untuk kakakku. Apakah aku tertipu? apakah aku hanya pelarian dan pembalasan dendamnya? Apa yang harus aku lakukan?

Malam terasa panjang….